STRATEGI KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN ISOLASI SOSIAL MENARIK DIRI KARYA TULIS ILMIAH

Latar Belakang: Berdasarkan data dari World Health Organization pada tahun 2019, terdapat 264 juta orang mengalami depresi, 45 juta orang menderita gangguan bipolar, 50 juta orang mengalami demensia, dan 20 juta orang jiwa mengalami skizofrenia, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2019 menunjukkan bahwa prevalensi skizofrenia/psikosis di Indonesia sebanyak 6,7% per 1000 rumah tangga. Hal ini menunjukkan bahwa dari 1000 rumah tangga, terdapat 67 rumah tangga yang mempunyai anggota rumah tangga (ART) dengan pengidap skizofrenia/psikosis berat, Menurut data Riskesdas Jawa Barat tahun 2018 menunjukkan bahwa prevalensi depresi pada penduduk umur di atas 15 tahun sebanyak 7,8% dan prevalensi (per mil). Rumah tangga dengan gangguan skizofrenia atau psikosis mencapai 5%, Studi pendahuluan kasus jiwa dengan isolasi sosial di BLUD RSU Kota Banjar tercatat ada sekitar 12 kasus dengan skizofrenia pranoid atau sekitar 6,35% dengan periode 2 tahun. Tujuan: Studi kasus ini adalah untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien isolasi sosial dengan strategi komunikasi terapeutik pada pasien sosial menarik diri. Metode: Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Dengan teknik pengambilan sampel adalah strategi komunikasi terapeutik.Sampel yang diambil adalah 1 pasien yang mengalamigangguanisolasisosial. Hasil: Studi penelitian pada tahap pengkajian diketahui bahwa keluarga pasien mengatakan bahwa klien suka marah-marah sering mengurung diri dan tidak mau berinteraksidengan orang lain. Kesimpulan: Intervensi strategi komunikasi terapeutik untuk membantu klien bercakap- cakap dan mau di ajak berkenalan dengan teman sekamarnya pada pasien isolasi sosial. Hal ini dapat terjadi apabila pasien dapat fokus dalam melakukan komunikasi terapeutik.