HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KETERATURAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN SINDROM DISPEPSIA PADA REMAJA DI MA MEKARWANGI

Perilaku pola makan yang tidak dijaga menjadi salah satu penyebab timbulnya gangguan pencernaan, termasuk Dispepsia. Dispepsia dalam bahasa Yunani yaitu "dys" yang berarti buruk dan "pepsis" yang berarti pencernaan. Sejak akhir 1980- an, istilah dispepsia telah banyak digunakan untuk menggambarkan suatu kondisi sindrom atau serangkaian gejala. Gejala tersebut antara lain nyeri dan rasa tidak nyaman di daerah epigastrium seperti gas, mual dan muntah, kembung, cepat kembung, dan bersendawa. Dispepsia adalah penyakit yang ditandai dengan nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas atau ulu hati rasa seperti terbakar pada dada maupun kerongkongan, mual muntah, rasa penuh dan terasa kembung. Banyak faktor yang menyebabkan sindroma dispepsia, antara lain sekresi asam lambung, kebiasaan makan, penyakit tukak lambung dan psikologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapatnya hubungan keteraturan pola makan dengan sindrom dipepsia pada remaja di MA Mekarwangi. Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan menggunakan desain deskriptif dan rancangan penelitian cross—sectional. Sampel pada penelitian ini berjumlah 50 orang di MA Mekarwangi. Hasil: Hasil uji statistik dengan uji chi square didapatkan nilai p value sebesar 0,000 (p<0,05) dapat dijelaskan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara pengaruh keteraturan pola makan dengan kejadian Sindrom Dispepsia pada remaja di MA Mekarwangi. Untuk mencegah terjadinya Sindrom Dispepsia diharapkan agar menjaga pola makan dan makan teratur dengan frekuensi 3 kali sehari.