HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN GANGGUAN SIKLUS MENSTRUASI MAHASISWI TINGKAT AKHIR PRODI S1 KEPERAWATAN

Stres merupakan suatu gejala yang dapat dirasakan oleh semua orang, setiap
individu dapat merasakan stres apabila ada kesenjangan antara harapan dengan
kenyataan. Stres yang berlebih dapat berakibat buruk bagi tubuh, dalam penelitian
ini akan membahas mengenai hubungan tingkat stres dengan gangguan siklus
menstruasi. Mahasiswa merupakan suatu individu akademik yang aktifitas
keseharian nya cukup padat, oleh karena itu stres tidak dapat dipisahkan dari
seorang mahasiswa. Akibat stres yang dirasakan kelenjar hipofisis melepaskan
ACTH (Adrenocorticotropic Hormone) yang kemudian meningkatkan kadar
kortisol dan menyebabkan gangguan pada siklus menstruasi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan gangguan siklus
menstruasi mahasiswi tingkat akhir Prodi S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah
Ciamis. Metode yang digunakan adalah analitik kuantitatif dengan rancangan
penelitian cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan total
sampling, sampel pada penelitian ini sebanyak 49 orang. Kuesioner DASS
(Depression Anxiety Stress Scale) dan kuesioner siklus menstruasi digunakan untuk
mengumpulkan data. Hasil penelitian ini didapatkan 49 responden yang mengalami
siklus menstruasi <21 hari sebanyak 13 responden (26,5%), 23 responden (47%)
mengalami siklus menstruasi 21-35 hari, dan 13 responden (26,5%) mengalami
siklus menstruasi >35 hari. 2 responden (4,1%) normal, 3 responden (6,1%) stres
ringan, 7 responden (14,3%) stres sedang, 31 responden (63,3%) stres berat, dan 6
responden (12,2%) stres sangat berat. Kesimpulan berdasarkan tabel Output Person
Chi-Square maka diketahui nilai asymp sig yaitu sebesar 0,009 < 0,05 hal ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat stres dan
gangguan siklus menstruasi.